PENGARUH BAHASA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

PENGARUH BAHASA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Oleh : Zaky Barasaki

Bahasa dan Perolehannya

Bahasa berasal dalam alam pikiran manusia yang tidak disadari. Maka dari itu, semua pikiran manusia bekerja dengan cara yang sama, apapun perbedaan bahasa yang nampak, semua bahasa diorganisir menurut prinsip yang sama. Lebih jauh, kebudayaan adalah juga kreasi proses pikiran tak disadari yang sama; sehingga gambaran struktural dari organisasi sosial tak lain adalah cermin bahasa-bahasa tersebut. Sebagai akibatnya, pikiran manusia menstrukturkan dunia bahasa dan kelakuan (organisasi sosial) dengan cara yang sama. Ini merupakan pendapat umum dari para ilmuwan linguistik, namun sebagai umat muslim, tentunya kita menyadari bahwa bahasa itu langsung diajarkan pada Adam dan diturunkan kepada keturunannya. Jadi ada spekulasi ilmiah dan aspek transendental dalam perolehan bahasa.  

Bahasa sebagai salah satu alat komunikasi bagi manusia, merupakan keharusan mutlak untuk dipelajari dan dipergunakan dalam keseharian. Bahasa yang pertama kali dipelajari oleh manusia disebut bahasa ibu. Dalam mempelajari bahasa ibu tersebut, manusia tidak dapat memilih dalam bahasa apa dia nantinya akan berkomunikasi.[1] Secara singkat proses manusia mempelajari bahasa ibu yakni dengan rangsangan, respon, dan mendapat imbalan, proses ini disebut proses paling umum dalam perolehan bahasa bagi anak usia dini. Ada banyak metode pembelajaran khusus untuk memperoleh bahasa, sebagai contoh; metode tata bahasa dan terjemah, metode langsung, metode membaca, metode dengar ucap, metode respon fisik, metode pembelajaran bahasa berkelompok dan metode komunikatif.[2] Dalam perolehan bahasa tidak melulu bagaimana tentang metode apa yang digunakan, namun juga bergantung pada kemampuan tiap individu. Ada beberapa teori psikologi yang dapat menjelaskan hal tersbut, yakni; behaviorisme, nativisme, kognitivisme, konstruktivisme, humanisme, dan sibernetik.

Behaviorisme merupakan contoh yang sudah disampaikan diatas, dengan cara memberikan rangsangan dan respon. Nativisme berpendapat bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sehingga mereka yakin bahwasannya sistem bahasa sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah. Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis, sehingga bahasa itu distrukturkan dan dikendalikan oleh nalar manusia. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Sedangkan humanisme menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku manusia dengan menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup manusia. Teori ini menganggap bahwa setiap manusia sebagai objek pembelajaran memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa. Dan teori sibernatik adalah teori yang menggunakan perkembangan teknologi dalam pembelajaran bahasa.

Fungsi Bahasa dan Munculnya Masyarakat Tutur

Setelah manusia mempelajari bahasa ibu tersebut, maka manusia sudah mampu untuk berkomunikasi kepada sesama manusia. Komunikasi tersebut akan membentuk kelompok komunikasi yang akan menjadi masyarakat tutur yang luas. Hal ini menjelaskan adanya hubungan antara bahasa dan faktor sosial. Bahasa yang disampaikan pada saat komunikasi dalam sosial akan menambahkan kesan bahasa sebagai penyampaian konteks sosial yang menghasilkan masyarakat tutur. Berikut rentetan situasi pemakaian bahasa dalam sosial;

Hal ini akan menimbulkan gaya variasi bahasa dikarenakan adanya perubahaan dari berbagai kegunaan bahasa dalam komunikasi, namun tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Variasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; geografis, keadaan sosial, situasi berbahasa, dan kronologis. Ada pula variasi bahasa sesuai jenisnya yaitu; idiolek (faktor individu), dialek (faktor geografis), sosiolek (faktor dikarenakan kelas sosial atau pekerjaan, pendidikan, dll), kronolek (perubahan waktu), dan fungsiolek ( berdasarkan keformalan; baku, resmi, usaha, santai, dan intim).[3]

Pengaruh Bahasa

Dari pembahasan gaya bahasa tersebut nantinya akan timbul kelas sosial yang disesuaikan dengan gaya hidup.[4] Dalam contoh; kehidupan kesultanan atau kekeratonan akan berbeda bahasanya dengan kehidupan budak atau rakyat biasa, atau gaya bahasa masyarakat kelas atas dan kelas menengah yang berbeda. Hal ini memacu perbedaan kebutuhan bahasa dan kebutuhan sosial sehingga muncul gaya hidup yang menimbulkan kesenjangan.[5] Sebagai contohnya yaitu kekuasaan, yang berkaitan dengan pengendalian. Orang yang  memiliki kekuasaan maka dia memiliki pengendalian terhadap apa yang dikuasai. Bahasa sebagai kontrol sosial adalah sebuah produk untuk menjadikan hal tersebut alat untuk dapat menguasai apa yang dikuasainya.[6] Terdapat istilah yunani yakni ‘ homo homoni lupus’ yang mana hal ini berkaitan dengan kekuasaan, dan pada akhirnya menciptakan kelas sosial untuk mengkategorikan siapa yang berkuasa dan siapa yang dikuasai. Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa yang digunakan oleh individu dapat menentukan berada di kelas mana individu tersebut dalam kehidupan sosial. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, kognitif, dan pengaruh latar belakang yang menjadikan orang tersebut dibilang mampu secara komunikasi dengan menggunakan bahasa untuk mengungguli individu lainnya.

Referensi

[1] Nazarudin Sodah. (2019). The Impact of Social Status on Language Shift; a Case Study on Family Domain Language in Lembar. Hal 12

[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Sosiolinguistik. Hal 20

[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Sosiolinguistik.

[4] Denis Lawton. (2016). Social Class Differences in Language Development; a Study of Some Samples of Written Work. Hal 23

[5] Arnold H. Leibowitz. (1974). Language as a Means of Social Control; The United States Experience. Hal 35

[6] Mila Anggraini, Solfema, Ismaniar. (2015). Hubungan Antara Kontrol Sosial Masyarakat dengan Perilaku Sosial Anak Usia Dini.

Shared:
Artikel