Perfeksionisme Bisa Bikin Stress?

Perfeksionisme Bisa Bikin Stress?

Oleh: Dian Cahyaningasri, S. Pd

Perfeksionisme adalah paham yang menunjukkan makna orang yang selalu berusaha tampil sempurna dengan menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri dan orang lain yang disertai dengan kritik berlebihan (hyperkritis) terhadap diri sendiri juga orang lain. Sehingga teguran-teguran yang disampaikan untuk orang lain membuat tidak tidak nyaman. Seseorang yang perfeksionisme selalu memiliki rasa cemas, pikiran yang tidak tenang, dan tidak nyaman jika sesuatu tidak sesuai dengan standar penilaiannya.

Motif seseorang terhadap sifat perfeksionisme tentu beragam. Salah satunya disebabkan karena memiliki keinginan untuk diterima oleh orang lain. Perfeksionisme ini dilakukan secara sadar, tidak memandang gender dan usia. Kesempurnaan yang diciptakan seseorang perfeksionisme terkadang terlahir dari harapan-harapan orang yang ada di sekitarnya.

Menurut Adawiya & Noviekayati, 2019 karakteristik seseorang perfeksionisme sebagai berikut memperhatikan detail terhadap presisi/ pengukuran, keteraturan, penataan, tata letak, dll. Memiliki ekpetasi tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain. Melakukan usaha yang terbaik untuk mencapai kesempurnaan walaupun sudah melakukan beberapa kali revisi. Sulit menerima sesuatu yang tidak sesuai standar dan apa yang dikehendakinya.

Perfeksionisme menurut Flett dan Hewitt dalam (Hendarto & Ambarwati, 2020) memiliki 3 dimensi yaitu socially prescribed perfeksionisme, self-oriented perfeksionisme dan other-oriented perfeksionisme. Socially prescribed perfeksionisme memiliki kecenderungan menyakini bahwa orang lain mengharapkan kesempurnaan dalam dirinya. Self-oriented perfecsionisme memiliki kecenderungan pada standar pribadi yang tinggi dan motivasi untuk mencapai kesempurnaan untuk diri sendiri. Other-oriented perfeksionisme memiliki kecenderungan untuk menuntut kesempurnaan dari orang lain.

Pada hasil penelitian (Leha et al., 2022) dengan judul Hubungan Antara Perfeksionisme Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa menunjukan bahwa tidak ada mahasiswa yang memiliki kategori perfeksionisme rendah, Data yang di dapat, 66 dari 150 orang mahasiswa berada dalam kategori perfeksionisme sedang, dan 84 orang dari 150 mahasiswa berada dalam kategori perfeksionisme tinggi. Hal ini perfeksionisme dapat mengarah pada beberapa masalah kesehatan mental salah satunya adalah stress.

Hubungan Perfeksionisme Terhadap Stress

Masih pada penelitian (Leha et al., 2022) terkait prefeksionisme terhadap stress mahasiswa menunjukan bahwa terdapat 4 dari 150 orang mahasiswa berada dalam kategori stres akademik rendah. 108 dari 150 orang mahasiswa berada dalam kategori stress akademik sedang, dan 38 dari 150 orang mahasiswa berada dalam kategori stres akademik tinggi.

Stress akademik merupakan situasi yang terjadi karena tuntutan individu yang mengharuskan dirinya mampu memahami konsep, memetakan masalah, hingga menentukan pemecahan masalah yang tepat pada permasalahan yang dialami. Sehingga, dengan segala tuntutan tersebut mahasiswa kerap merasakan kekhawatiran tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik meskipun sudah mengerjakannya dengan hati-hati.

Di dunia perguruan tinggi pandangan perfeksionisme ini banyak sekali didapati oleh mahasiswa. Sikap perfeksionisme sering kali dijumpai oleh mahasiswa tingkat akhir. Dimana mereka mendapati kesulitan menentukan-membuat judul, mendapatkan referensi, menyusun perbabnya, revisi dari dosen pembimbing, keterbatasan waktu penelitian, dosen pembimbing yang sulit ditemui, dan lain-lain.

Penelitian (Seto et al., 2020) menyatakan bahwa 77% siswa tingkat akhir mengalami stres saat mengerjakan skripsi. Tidak hanya mahasiswa tingkat akhir saja, mahasiswa tingkat awal pun juga mengalami banyak mengalami sikap perfesionisme. Sikap perfesionisme yang kerap dialami mahasiswa awal seperti “harus mendapatkan IPK tinggi”, “harus menang dalam perlombaan”, “harus aktif selama kuliah”, “orang tua saya mengharapkan saya lulus dalam tiga tahun”. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mahasiswa mengalami kecemasan maupun stress selama berada dibangku perguruan tinggi.

Pengaruh Perfeksionisme

Efek ketidakpuasan dari sikap perfesionisme merupakan masalah yang menjadi awal timbulnya stress. Dimana hal ini mengakibatkan emosi negatif seperti rasa kecewa, menyalahkan diri sendiri, putus asa, dan perasaan tidak berharga. Dari pembahasan perfeksionisme terhadap strees, menunjukkan bahwa semakin tinggi perfeksionisme yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi juga stress yang dialami.

Dapatkah sikap perfeksionisme diminimalisir agar tidak menggangu kehidupan sehari-hari? Tentu bisa. Caranya adalah dengan manajemen waktu dan self-control. Pertama, Manajemen Waktu. Dengan mengatur waktu dengan baik disertai dengan melakukan berbagai aktifitas/menyibukkan diri, secara tidak langsung akan mendistraksi pikiran seseorang yang memiliki sifat perfeksionisme. Kedua, self-control. Pengendalian diri sangat penting bagi semua orang. Memaklumi bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna dan belajar dari kesalahan ialah salah satu cara untuk menjadi insan yang bijaksana.

Dibalik berbagai perngauh perfeksionisme, seseorang yang mengalami sikap ini akan jauh lebih berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Salah satu contoh perfeksionisme yang positif adalah seorang mahasiswa yang mempunyai standar, kerapihan, dan mampu memperkirakan dalam menetapkan perencanaaan yang matang. Biasanya seseorang yang memiliki sifat perfeksionisme akan menyiapkan beberapa rencana jika beberapa kemungkian terburuk terjadi.

Selain itu, mereka cenderung sulit menunda pekerjaan yang dianggapnya sangat urgent karena takut akan kegagalan. Sehingga, mereka lebih disiplin dengan suatu pekerjaan. Mereka berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan dengan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan tugas harus diselesaikan sesuai dengan deadline yang disediakan. Bahkan lebih baik jika selesai sebelum deadline.

Seorang perfeksionisme akan mengerjakan tugas lebih awal demi sebuah keberhasilan. Sikap perfeksionisme akan membuat seseorang menjadi lebih optimis dengan harapan akan sukses. Setinggi apapun standar yang ditetapkan oleh seorang perfeksionisme maka ia dapat mengendalikan dirinya untuk berusaha mencapai standar tersebut.

 

Daftar Pustaka

 

Adawiya, R., & Noviekayati, I. (2019). Terapi Perilaku Kognitif (Cognitif Behaviour Theraphy) Bagi Individu Perfeksionis. Seminar Nasional Multidisiplin.

Hendarto, W. T., & Ambarwati, K. D. (2020). Perfeksionisme dan Distres Psikologis pada Mahasiswa. Jurnal Jurusan Bimbingan Konseling Undiksha, 11(2), 148–159. https://doi.org/10.23887/jibk.v10i2

Leha, W., Razak, A., & Ridfah, A. (2022). HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA. In JIVA: Journal of Behavior and Mental Health E (Vol. 3, Issue 2).

Seto, S. B., Wondo, M. T. S., & Mei, M. F. (2020). Hubungan Motivasi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Dalam Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Jurnal Basicedu, 4(3), 733–739. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i3.431

 

Shared:
Artikel